Visitor No. : Website counter
Custom Search

MENJADI SEORANG SAHABAT

Ada satu perbedaan antara menjadi seorang kenalan dan menjadi seorang sahabat.
Pertama, seorang kenalan adalah seorang yang namanya kau ketahui, yang kau lihat berkali-kali, yang dengannya mungkin kau miliki persamaan, dan yang disekitarnya kau merasa nyaman.
Ia adalah orang yang dapat kau undang ke rumahmu dan dengannya kau berbagi. Namun mereka adalah orang yang dengannya tidak akan kau bagi hidupmu, yang tindakan-tindakannya kadang-kadang tidak kau mengerti karena kau tidak cukup tahu tentang mereka.
Sebaliknya, seorang sahabat adalah seseorang yang kau cintai. Bukan karena kau jatuh cinta padanya, namun kau peduli akan orang itu,dan kau memikirkannya ketika mereka tidak ada.
Sahabat-sahabat adalah orang dimana kau diingatkan ketika kau melihat sesuatu yang mungkin mereka sukai, dan kau tahu itu karena kau mengenal mereka dengan baik.Mereka adalah orang-orang yang fotonya kau miliki dan wajahnya selalu ada di kepalamu.
Mereka adalah orang-orang yang kau lihat dalam pikiran mu ketika kau mendengar sebuah lagu di radio karena mereka membuat dirimu berdiri untukMenghampiri mereka dan mengajak berdansa dengan mereka atau mungkin kau yang berdansa dengan mereka, mungkin mereka menginjak jari kakimu, atau sekedarMenempatkan kepala mereka di pundakmu.
Mereka adalah orang-orang yang diantaranya kau merasa aman karena kautahu mereka peduli terhadapmu.Mereka menelpon hanya untuk mengetahui apa kabarmu, karena sahabat sesungguhnya tidak butuh suatu alasan pun.Mereka berkata jujur-pertama kali - dan kau melakukan hal yang sama.Kau tahu bahwa jika kau memiliki masalah, mereka akan bersedia mendengar.Mereka adalah orang-orang yang tidak akan menertawakanmu atau menyakitimu, dan jika mereka benar-benar menyakitimu, dan jika merekabenar-benar menyakitimu, mereka akan berusaha keras untuk memperbaikinya.
Mereka adalah orang-orang yang kau cintai dengan sadar ataupun tidak.Mereka adalah orang-orang dengan siapa kau menagis ketika kau tidak diterima di perguruan tinggi dan selama lagu terakhir di pesta perpisahan kelas dan saat wisuda.Mereka adalah orang-orang yang pada saat kau peluk, kau tak akan berpikir berapa lama memeluk dan siapa yang harus lebih dahulu mengakhiri. Mungkin mereka adalah orang yang memegang cincin pernikahanmu, atau orang yang mengantarkan / mengiringmu pada saat pernikahanmu, atau mungkin adalah orang yang kau nikahi.

My Daughter, My Teacher

My Daughter, My Teacher
By Janet S. Meyer

Children teach us something every day. As a parent, I have learned toexpect this. Yet sometimes the extent of what my daughter teaches surprises me. When Marissa was six months old, it seemed she was always looking up. As I gazed upward with her, I learned the magic of leaves dancing on tree sand the awesome size of the tail of a jet. At eight months she wasforever looking down.
I learned that each stone is different, side walk cracks make intricate designs and blades of grass come in a variety of greens.Then she turned 11 months and began saying "Wow!"
She spoke this marvelous word for anything new and wonderful to her, such as theas sortment of toys she spotted in the pediatrician's office or the gathering of clouds before a storm.
She whispered, "Oh, wow!" for things that really impressed her, like a brisk breeze on her face or a flock of geese honking overhead. Then there was the ultimate in "Wow," a mouthing of the word with no sound, reserved for truly awesome events. These included the sunset on a lake after a magnificent day in Minnesota and fireworks in the summer sky.
She has taught me many ways to say "I love you."
She said it well one morning when she was 14 months old. We were cuddling. She buried herhead in my shoulder and, with a sigh of contentment, said "Happy."
Another day (during her terrific twos) she pointed to a beautiful modelon the cover of a magazine and said, "Is that you, Mom?"
Most recently my now three-year-old walked into the kitchen while I was cleaning up after supper and said, "Can I help?"
Shortly after this she put her hand on my arm and said, "Mom, if you were a kid, we'd be friends."
At moments like this, all I can say is, "Oh, wow!"
PEACE

Lima Bab Singkat tentang Perubahan

Bab 1.
Saya berjalan di sebuah jalan.
Di sisi jalan ada lubang yang dalam.
Saya terjatuh di lubang itu.
Butuh waktu yang lama untuk keluar dari lubang.
Itu adalah kesalahan saya.

Bab 2.
Saya berjalan di jalan yang sama.
Saya terjatuh di lubang itu lagi.
Masih butuh waktu agar bisa keluar dari lubang itu.
Tapi, itu bukan lagi kesalahan saya.

Bab 3.
Saya berjalan di jalan yang sama dan terjatuh di lubang itu lagi.
Kini, itu jadi kebiasaan saya.
Dan, saya pun bisa segera keluar dari lubang itu.

Bab 4.
Saya berjalan di jalan yang sama, dan melihat ada lubang di sisi jalan.
Saya berjalan mengitari lubang itu.

Bab 5.
Saya memilih jalan yang lain.

Sebuah otobiografi ringkas mengenai bagaimana sulitnya mengubah dan melepaskan diri dari kesalahan-kesalahan yang menjerat hingga menjadi kebiasaan. Maka, diperlukan jalan lain untuk membebaskannya.

Semangkuk Mie Kuah

Pendahuluan :
Ny. Hsu yang tinggal di Kao Hsiung, anak gadisnya pulang dariAmerika pada saat awal bulan Januari, dan membawa sebuah kisahnyata yang menggugah hati.Kisah yang terjadi pada malam Chu Si (malam menjelang Tahun BaruImlek), berjumlah sebanyak 50 halaman lebih. Tokoh dalam ceritaini pada saat menceritakan kisahnya, mengharukan banyak orang Jepang.
Cerita ini dinamakan "Semangkuk Mie Kuah", diterjemahkanoleh Li Kuei Chuen
....Tanggal 31 bulan Desember lima belas tahun yang lalu, yang jugamerupakan malam Chu Si, di sebuah jalan di kota Sapporo, Jepang,ada sebuah toko mie yang bernama "Pei Hai Thing" (Pei = Utara;Hai = Laut; Thing = Kios, toko).
Makan mie pada malam Chu Si, adalah adat istiadat turun temurun dari orang Jepang, pada hari itu pemasukan toko mie sangatlah baik, tidak terkecuali "Pei Hai Thing", hampir sehari penuh dengan tamu pengunjung, tetapi setelah jam 22.00 ke atas sudah tidak ada pengunjung yang datang lagi.Pada saat biasanya jalan yang sangat ramai hingga waktu subuh--- karena pada hari itu semua orang terburu-buru pulang rumah untuk merayakan Tahun Baru --- sehingga dengan cepat menjadi sunyi dan tenang.Majikan dari toko mie "Pei Hai Thing" adalah seseorang yang jujur dan polos, istrinya adalah seorang yang ramah tamah dan melayani orang penuh dengan kehangatan.
Saat tamu terakhir pada malam Chu Si itu telah keluar dari tokomie, dan pada saat sang istri tengah bersiap untuk menutup toko,pintu toko itu sekali lagi terbuka, seorang wanita membawa duaorang anaknya berjalan masuk, kedua anak itu kira-kira berusia 6 tahun dan 10 tahun, mereka mengenakan baju olahraga baru yangserupa satu dengan yang lainnya, tetapi wanita tersebut malah memakai baju luar --- bercorak kotak --- yang telah usang.
"Silakan duduk !"
Sang majikan mengucapkan salam, wanita itu berkata dengan takut-takut :
"Bolehkah ...... memesan semangkuk mie kuah ?"
Kedua anak di belakangnya saling memandang dengan tidak tenang.
"Tentu ...... tentu boleh, silakan duduk di sini !"
Sang istri mengajak mereka ke meja nomor 2 di paling pinggir, lalu berteriak dengan keras ke arah dapur : "Semangkuk mie kuah !"
Sebenarnya jatah semangkuk untuk satu orang hanyalah satu ikatmie, sang majikan menambahkan lagi sebanyak setengah ikat, dan menyiapkannya dalam sebuah mangkuk besar penuh, hal ini tidak diketahui oleh sang istri dan tamunya itu.Ibu dan anak bertiga mengelilingi semangkuk mie kuah tersebutdan menikmatinya dengan lezat, sambil makan, sambil berbicara dengan suara yang kecil,
"Sangat enak sekali !"Sang kakak berkata : "Ma, kamu juga coba-coba dong!"Sang adik sambil berkata, dia menyumpit mie untuk menyuapi ibunya.Tidak lama kemudian mie pun telah habis, setelah membayar 150 yen, ibu dan anak bertiga dengan serempak memuji dan menghaturkan terima kasih
"Sangat lezat sekali, banyak terimakasih !" serta membungkuk memberi hormat, lalu berjalan meninggalkan toko.Setiap hari berlalu dengan sibuknya, tak terasa setahun pun berlalu. Dan tiba lagi pada tanggal 31 Desember, usaha dari"Pei Hai Thing" masih tetap ramai, kesibukan pada malam Chu Si akhirnya selesai, telah lewat dari jam 22.00, sang istri majikan ketika tengah berjalan ke arah pintu untuk menutup toko,pintu itu lalu terbuka lagi dengan pelan, yang masuk ke dalam adalah seorang wanita paro baya sambil membawa dua orang anaknya.
Sang istri ketika melihat baju luar bercorak kotak yang telah usang itu, dengan seketika teringat kembali tamu terakhir pada malam Chu Si tahun lalu.
"Bolehkah ...... membuatkan kami ...... semangkuk mie kuah ?"
"Tentu, tentu, silakan duduk !"
Sang istri mengajak mereka ke meja nomor 2 yang pernah mereka duduk di tahun lalu, sambil berteriak dengan keras
"Semangkuk mie kuah !".Sang majikan sambil menyahuti, sambil menyalakan api yang baru saja dipadamkan. Istrinya dengan diam-diam berkata di samping telinga suami :
"Ei, masak 3 mangkuk untuk mereka, boleh tidak ?"
"Jangan, kalau demikian mereka bisa merasa tidak enak."
Sang suami sambil menjawab, sambil menambahkan setengah ikat mie lagi ke dalam kuah yang mendidih.Ibu dan anak bertiga mengelilingi semangkuk mie kuah itu sambil makan dan berbicara, percakapan itu juga terdengar sampai telinga suami istri pemilik toko.
"Sangat wangi ...... sangat hebat ...... sangat nikmat !"
"Tahun ini masih bisa menikmati mie dari Pei Hai Thing,sangatlah baik !"
"Alangkah baiknya jika tahun depan masih bisa datang untuk makan di sini."
Setelah selesai makan dan membayar 150 yen, ibu dan anak bertiga lalu berjalan meninggalkan Pei Hai Thing.
"Terima kasih banyak ! Selamat bertahun baru."
Memandang ibu dan anak yang berjalan pergi, suami istri pemiliktoko berulang kali membicarakannya dengan cukup lama. Malam Chu Si pada tahun ketiga, usaha dari "Pei Hai Thing" tetap berjalan dengan sangat baik, sepasang suami istri saking sibuknya sampai tidak ada waktu untuk berbicara, tetapi setelah lewat pukul 21.30, kedua orang itu mulai berperasaan tidak tenang.Jam 22.00 telah tiba, pegawai toko juga telah pulang setelah menerima "Hung Pao" (Ang Pao), majikan toko dengan tergesa-gesa membalikkan setiap lembar daftar harga yang tergantung di dinding, daftar kenaikan harga "Mie Kuah 200 yen semangkuk"sejak musim panas tahun ini, ditulis ulang menjadi 150 yen.Di atas meja nomor 2, sang istri pada saat 3 menit yang lalu elah meletakkan kartu tanda "Telah dipesan".Sepertinya ada maksud untuk menunggu orang yang akan tiba setelah seluruh tamu telah pergi meninggalkan toko, setelah lewat jam 22.00, ibu dengan dua orang anak ini akhirnya muncul kembali.
Sang kakak memakai seragam SMP, sang adik mengenakan jaket ---yang kelihatan agak kebesaran --- yang dipakai kakaknya tahun lalu, kedua anak ini telah tumbuh dewasa, sang ibu masih tetap memakai baju luar bercorak kotak usang yang telah luntur warnanya."Silakan masuk ! Silakan masuk !" Istri majikan toko menyambut dengan hangat.Melihat istri majikan toko yang menyambut dengan senyum hangat, ibunda dua anak itu dengan takut-takut berkata :
"Tolong ...... tolong buatkan 2 mangkuk mie, bolehkah ?"
"Baik, silakan duduk !"Sang istri mengajak mereka ke meja nomor 2, dengan cepat menyembunyikan tanda "Telah Dipesan" seakan-akan tak pernah diletakkan di sana, lalu berteriak ke arah dalam "2 mangkuk mie".
Sang suami sambil menyahuti, sambil melempar 3 ikat mie ke dalam kuah yang mendidih.Ibu dan anak sambil makan, sambil berbicara, kelihatannya sangat bergembira, sepasang suami istri yang berdiri di balik pintu dapur juga turut merasakan kegembiraan mereka.
"Siao Chun dan kakak, mama hari ini ingin berterima kasih kepada kalian berdua !"
"Terima kasih !"
"Mengapa ?"
"Begini, kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan 8 orangterluka yang disebabkan oleh ayah kalian, pada setiap bulan dalam beberapa tahun ini haruslah menyerahkan uang sebesar50,000 yen untuk menutupi bagian yang tak dapat dibayar oleh pihak asuransi."
"Ya, hal ini kami tahu !" Sang kakak menjawab.
Istri pemilik toko dengan tak bergerak mendengarkan.
"Yang pada mulanya harus membayar hingga bulan Maret tahun depan, telah terlunasi pada hari ini !"
"Oh, mama, benarkah ?"
"Ya, benar, karena kakak mengantar koran dengan rajin, Siao Chun membantu untuk beli sayur dan masak nasi, sehingga mama bisa bekerja dengan hati yang tenang. Perusahaan memberikan bonusspesial kepada saya karena tidak pernah absen kerja, sehinggahari ini dapat melunasi seluruh bagian yang tersisa."
"Ma ! Kakak ! Alangkah baiknya, tapi kelak tetap biarkan Siao Chun yang menyiapkan makan malam."
"Saya juga ingin terus mengantar koran."
"Terima kasih kepada kalian kakak beradik, benar-benar terima kasih !"
"Siao Chun dan saya ada sebuah rahasia, dan terus tidak memberitahu mama, itu adalah ...... pada sebuah hari Minggu di bulan November, sekolah Siao Chun menghubungi wali murid untuk hadir melihat program bimbingan belajar dari sekolah, guru dari Siao Chun secara khusus menambahkan sepucuk surat, yang mengatakan sebuah karangan Siao Chun telah dipilih sebagai wakil seluruh "Pei Hai Tao (Hokkaido)", untuk mengikuti lomba mengarang seluruh negeri. Hari itu saya mewakili mama untuk menghadirinya."
"Benar ada hal ini ? Lalu ?"
"Tema yang diberikan guru adalah "Cita-Citaku (Wo Te Ce Yuen)",Siao Chun dengan karangan bertema semangkuk mie kuah, dipersilakan untuk membacanya di hadapan para hadirin."
"Isi dari karangan itu menuliskan, ayah mengalami kecelakaan lalu lintas, dan meninggalkan hutang yang banyak; demi untuk membayar hutang, mama bekerja keras dari pagi hingga malam, sampai hal saya mengantar koran juga ditulis oleh Siao Chun."
"Masih ada, pada malam tanggal 31 Desember, kami bertiga ibu dan anak bersama-sama memakan semangkuk mie kuah, sangatlah lezat...... 3 orang hanya memesan semangkuk mie kuah, sang pemilik toko, yaitu paman dan istrinya malah masih mengucapkan terimakasih kepada kami, serta mengucapkan selamat bertahun baru kepada kami ! Suara itu sepertinya sedang memberikan dorongan semangat untuk kami untuk tegar menjalani hidup, secepatnya melunasi hutang dari ayah."
"Oleh karena itu, Siao Chun memutuskan untuk membuka toko mie setelah dewasa nanti, untuk menjadi pemilik toko mie nomor 1 diJepang, juga ingin memberikan dorongan semangat kepada setiap pengunjung !
Semoga kalian berbahagia !
Terima kasih !"
Sepasang pemilik toko yang terus berdiri di balik pintu dapur mendengarkan pembicaraan mereka mendadak tak terlihat lagi, ternyata mereka sedang berjongkok, selembar handuk masing-masing memegang ujungnya, berusaha keras untuk menghapus air mata yang tak hentinya mengalir keluar.
"Selesai membaca karangan, guru berkata: Kakak Siao Chun telah mewakili ibunya datang ke sini, silakan naik ke atas menyampaikan beberapa patah kata."
"Sungguhkah ? Lalu kamu bagaimana ?"
"Karena terlalu mendadak, saat mulai tidak tahu harus mengucapkan apa baiknya, saya lantas mengucapkan terima kasih kepada semua orang atas perhatian dan kasih sayang terhadap Siao Chun, adik saya setiap hari harus membeli sayur menyiapkan makan malam, sering kali harus terburu-buru pulang dari kegiatan berkelompok, tentu mendatangkan banyak kesulitan bagi semua orang, tadi pada saat adik saya membacakan "Semangkuk mie kuah", saya sempat merasa malu, tetapi sewaktu melihat adik saya dengan dada tegap dan suara yang lantang menyelesaikan membaca karangan, merasa perasaan malu itulah yang benar-benar memalukan."
"Beberapa tahun ini, keberanian mama yang hanya memesan semangkuk mie kuah, kami kakak beradik tidak akan pernah melupakannya ...... kami berdua pasti akan giat dan rajin,merawat ibu dengan baik, hari ini dan seterusnya masih meminta tolong kepada para hadirin untuk memperhatikan adik saya."
Ibu dan anak bertiga secara diam-diam saling memegang tangan dengan erat, saling menepuk bahu, menikmati mie tahun baru dengan perasaan yang lebih berbahagia dibanding tahun sebelumnya, membayar 300 yen dan mengucapkan terima kasih, lalu memberikan hormat dan meninggalkan toko mie.
Majikan toko seperti sedang menutup tahun yang lama, dengan suara yang keras mengucapkan "Terima kasih ! Selamat Tahun Baru!"
Setahun pun berlalu lagi, toko mie Pei Hai Thing juga meletakkan tanda "Telah Dipesan" sambil menunggu, tetapi ibu dan anak bertiga tidak muncul.Tahun kedua, tahun ketiga, meja nomor 2 tetap kosong, ibu dan kedua anaknya tetap tidak muncul.Usaha dari Pei Hai Thing semakin bagus, dalam tokonya pun telah direnovasi, meja dan kursinya telah diganti dengan yang baru, hanya meja nomor 2 itulah masih tetap pada aslinya.Banyak tamu pengunjung merasa heran, istri majikan lantas menceritakan kisah semangkuk mie kuah kepada para pengunjung.Meja nomor 2 itu lantas menjadi "Meja Keberuntungan", setiap pengunjung menyampaikan kisah ini kepada yang lainnya, ada banyak pelajar yang merasa ingin tahu, datang dari kejauhan demi untuk melihat meja tersebut dan menikmati mie kuah, semua orang umumnya ingin duduk di meja tersebut.Lalu setelah melewati malam Chu Si beberapa tahun ini, para pemilik toko di sekitar Pei Hai Thing, setelah menutup toko pada malam Chu Si, umumnya akan mengajak keluarganya menikmati mie di Pei Hai Thing. Sering berkumpul sebanyak 30 hingga 40 orang, sangatlah ramai.Ini telah merupakan hal yang biasa dalam 5~6 tahun terakhir ini.Semua orang telah mengetahui asal dari meja nomor 2, meski mulut tidak berbicara, tapi dalam hati berpikir
"Meja yang telah dipesan pada malam Chu Si" di tahun ini kemungkinan akan sekali lagi dengan meja dan kursi yang kosong menyambut datangnya tahun baru.Hari ini, semua orang sekali lagi berkumpul pada malam Chu Si, ada orang yang memakan mie, ada yang minum arak, semuanya berkumpul seperti sebuah keluarga.
Setelah lewat pukul 22.00, pintu dengan tiba-tiba ........terbuka kembali, semua orang yang berada di dalam langsung menghentikan pembicaraan, seluruh pandangan mata tertuju ke arah pintu yang terbuka itu.Dua orang remaja yang berpakaian stelan jas yang rapi dengan baju luar di tangan, berjalan melangkah masuk. Semua orang menghembuskan napas lega. Saat istri majikan ingin mengatakan meja makan telah penuh dan memberitahu tamu tersebut, ada seorang wanita berpakaian kimono berjalan masuk, berdiri ditengah kedua remaja tersebut.Seluruh orang yang berada dalam toko menahan napas mendengar wanita berpakaian kimono tersebut dengan perlahan mengatakan :
"Tolong ... tolong ... mie kuah ... untuk jatah 3 orang,bolehkah ?"Belasan tahun telah berlalu, sang istri majikan toko seketika berusaha keras untuk mengingat kembali gambaran ibu muda dengan dua orang anaknya pada 10 tahun yang lalu. Sang suami di balik dapur juga termenung. Seorang di antara ibu dan anak tersebut menatap sang istri yang tengah salah tingkah tersebut dan mengatakan :
"Kami bertiga ibu dan anak, pada 14tahun yang lalu pernah memesan semangkuk mie kuah di malam Chu Si, mendapatkan dorongan semangat dari semangkuk mie tersebut, kami ibu dan anak bertiga baru dapat menjalani hidup dengan tegar."
"Lalu kami pindah ke kabupaten (Ce He) tinggal di rumah nenek,saya telah melewati ujian jurusan kedokteran dan praktek dirumah sakit Universitas Kyoto bagian penyakit anak-anak, bulanApril tahun depan akan praktek di rumah sakit kota Sapporo."
"Sesuai dengan tata krama, kami datang mengunjungi rumah sakit ini terlebih dahulu, sekalian sembahyang di makam ayah, setelah berdiskusi dengan adik saya yang --- pernah berpikir untuk menjadi majikan toko mie nomor 1 tapi belum tercapai ---sekarang bekerja di Bank Kyoto, kami mempunyai sebuah rencana yang istimewa ...... yaitu pada malam Chu Si tahun ini, kami bertiga ibu dan anak akan mengunjung Pei Hai Thing di Sapporo,memesan 3 mangkuk mie kuah Pei Hai Thing."
Sang istri majikan akhirnya pulih ingatannya, menepuk bahu sang suami sambil berkata : "Selamat datang ! Silakan...... Ei ! Meja nomor 2, tiga mangkuk mie kuah."

EMAS

Beberapa waktu yang lalu, di Mesir hidup seorang sufi yang tersohorbernama Zun-Nun.
Seorang pemuda mendatanginya dan bertanya;
"Master, saya belum paham mengapa orang seperti Anda mesti berpakaian apa adanya, amat sangat sederhana. Bukankah di zaman yang ini berpakaian necis amat perlu, bukan hanya untuk penampilan namun juga untuk tujuan banyak hal lain."
Sang sufi hanya tersenyum, ia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya,
lalu berkata;"Sobat muda, akan kujawab pertanyaanmu, tetapi lebih dahulu lakukan satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar di seberang sana.Cobalah, bisakah kamu menjualnya seharga satu keping emas."
Melihat cincin Zun-Nun yang kotor, pemuda tadi merasa ragu;"Satu keping emas. Saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu.""Cobalah dulu sobat muda. Siapa tahu kamu berhasil."Pemuda itu pun bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya. Ternyata, tak seorang pun berani membeli seharga satu keping emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak.Tentu saja, pemuda itu tak berani menjualnya dengan harga satu keping perak.
Ia kembali ke padepokan Zun-Nun dan melapor;"Master, tak seorang pun yang berani menawar lebih dari satu keping perak."
Zun-Nun, sambil tetap tersenyum arif, berkata, "Sekarang pergilah kamu ke toko emas di belakang jalan ini. Coba perlihatkan kepada pemilik toko atau tukang emas di sana. Jangan buka harga. Dengarkan saja, bagaimana ia memberikan penilaian."
Pemuda itu pun pergi ke toko emas yang dimaksud. Ia kembali kepada Zun-Nun dengan raut wajah yang lain. Ia kemudian melapor;"Master, ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan harga seribu keping emas. Rupanya nilai cincin ini seribu kali lebih tinggi dari pada yang ditawar oleh para pedagang di pasar."
Zun-Nun tersenyum simpul sambil berujar lirih;"Itulah jawaban atas pertanyaanmu tadi sobat muda. Seseorang tak bisa dinilai dari pakaiannya. Hanya "para pedagang sayur, ikan dan daging dipasar" yang menilai demikian. Namun tidak bagi "pedagang emas".
Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya bisa dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa. Diperlukan kearifan untuk menjenguknya. Dan itu butuh proses wahai sobat mudaku. Kita tak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas. Seringkali yang disangka emas ternyata loyang dan yang kita lihat sebagai loyang ternyata emas."

LOVE itu CINTA

Anda tak perlu mencarinya karena cinta akan datang dengan sendiri.
Anda tak dapat membelinya karena cinta tak dapat dihargai.
Cinta akan lahir dengan sendirinya tanpa kita ketahui kapan, dan tanpa kita ketahui kepada siapa.

Jika suatu hari pasangan Anda mengatakan "Aku tak mencintaimu lagi".

Let it go.

Biarkan berlalu karena cinta tak dapat dipaksakan. Jika dipaksakan cinta tersebut layaknya sebuah bom waktu, yang akan meledak menjadi kebencian.

Let it go.

Cinta akan datang kembali kepada Anda suatu waktu,mungkin dari orang yang pernah Anda cintai atau dari seseorang lainnya,

Tuhan tak akan membiarkan Anda sendirian.

Lalu bagaimana dengan perasaan Anda yang ditinggalkan cinta?

Simpanlah dalam-dalam cinta tersebut.
Kenanglah sebagai bagian dari masa lalu.
Menangislah jika perlu.
Berbahagialah karena Anda pernah dicintai,
berbahagia karena cinta pernah singgah di hati Anda.

Bagaimana jika cinta hilang dalam sebuah perkawinan?

Dalam suatu perkawinan cinta adalah cinta yang harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan dan kepada suami atau istri dan kepada anak (jika ada).

Anda tak dapat pergi begitu saja dengan mengatakan "Aku tak mencintai kamu lagi."

Dalam sebuah perkawinan "Anda" adalah dua yang menjadi satu.

"Anda" adalah suami/ istri dan anda sendiri.

Jangan turuti kemauan anda tapi turuti kemauan "Anda".

Bagi Anda yang mencintai, ubahlah makna cinta menjadi KASIH.

Cinta itu bersemayam di dalam hati (bukan di otak atau pikiran),
jika hati anda penuh dengan kasih,
cinta tak akan pernah hilang dari diri Anda.

Kasih itu indah;
kasih tidak cemburu;
kasih itu menerima apa adanya dan memberi yang ada ;
kasih itu komitmen sehingga seseorang yang mempunyai kasih tak akan melupakan cintanya ; kasih itu rendah hati bukan merendahkan cinta ;
kasih itu mengampuni dan memaafkan ;
kasih adalah cinta sejati karena berasal dari Tuhan.
Tanamkan kasih di dalam hati Anda sejak awal maka cinta Anda tak akan hilang.
Tanamkan kasih maka Anda akan bertahan jika kekasih Anda mengatakan,
"Aku tak mencintaimu lagi."(Berat memang, apalagi jika kita masih mengasihi dia).

FAITH, HOPE, LOVE ; AND THE BIGGEST IS LOVE

Perjalanan Hidup Kita

Tersebutlah seorang pengusaha muda dan kaya. Ia baru saja membeli mobil mewah, sebuah Jaguar yang mengkilap. Kini, sang pengusaha, sedang menikmati perjalanannya dengan mobil baru itu. Dengan kecepatan penuh, dipacunya kendaraan itu mengelilingi jalanan tetangga sekitar dengan penuh rasa bangga dan prestise.
Di pinggir jalan, tampak beberapa anak yang sedang bermain sambil> melempar sesuatu. Namun, karena berjalan terlalu kencang, tak terlalu diperhatikannya anak-anak itu. Tiba-tiba, dia melihat seseorang anak kecil yang melintas dari arah mobil-mobil yang di parkir di jalan. Tapi, bukan anak-anak yang tampak melintas sebelumnya.

"Buk....!!!!

" Aah..., ternyata, ada sebuah batu seukuran kepalan tangan yang menimpa Jaguar itu yang dilemparkan si anak itu. Sisi pintu mobil itupun koyak, tergores batu yang dilontarkan seseorang.

"Cittt...." ditekannya rem mobil kuat-kuat. Dengan geram, dimundurkannya mobil itu menuju tempat arah batu itu di lemparkan. Jaguar yang tergores, bukanlah perkara sepele. Apalagi, kecelakaan itu dilakukan oleh orang lain, begitu pikir sang pengusaha dalam hati. Amarahnya memuncak. Dia pun keluar mobil dengan tergesa-gesa. Di tariknya anak yang dia tahu telah melempar batu ke mobilnya, dan di pojokkannya anak itu pada sebuah mobil yang diparkir.

"Apa yang telah kau lakukan!?!!
Lihat perbuatanmu pada mobil kesayanganku!!
"Lihat goresan itu", teriaknya sambil menunjuk goresan di sisi pintu.
"Kamu tentu paham, mobil baru jaguarku ini akan butuh banyak ongkos di bengkel untuk memperbaikinya." Ujarnya lagi dengan kesal dan geram, tampak ingin memukul anak itu.

Si anak tampak menggigil ketakutan dan pucat, dan berusaha meminta maaf.

"Maaf Pak, Maaf. Saya benar-benar minta maaf. Sebab, saya tidak tahu lagi harus melakukan apa." Air mukanya tampak ngeri, dan tangannya bermohon ampun.

"Maaf Pak, aku melemparkan batu itu, karena tak ada seorang pun yang mau berhenti...."

Dengan air mata yang mulai berjatuhan di pipi dan leher, anak tadi menunjuk ke suatu arah, di dekat mobil-mobil parkir tadi.

"Itu disana ada kakakku yang lumpuh. Dia tergelincir, dan terjatuh dari kursi roda. Saya tak kuat mengangkatnya, dia terlalu berat, tapi tak seorang pun yang mau menolongku. Badannya tak mampu kupapah, dan sekarang dia sedang kesakitan.."

Kini, ia mulai terisak. Dipandanginya pengusaha tadi. Matanya berharap pada wajah yang mulai tercenung itu.
"Maukah Bapak membantuku mengangkatnya ke kursi roda? Tolonglah, kakakku terluka, tapi saya tak sanggup mengangkatnya."

Tak mampu berkata-kata lagi, pengusaha muda itu terdiam. Amarahnya mulai sedikit reda setelah dia melihat seorang lelaki yang tergeletak yang sedang mengerang kesakitan. Kerongkongannya tercekat. Ia hanya mampu menelan ludah. Segera dia berjalan menuju lelaki tsb, di angkatnya si cacat itu menuju kursi rodanya. Kemudian, diambilnya sapu tangan mahal miliknya, untuk mengusap luka di lutut yang memar dan tergores, seperti sisi pintu Jaguar kesayangannya.

Setelah beberapa saat, kedua anak itu pun berterima kasih, dan mengatakan bahwa mereka akan baik-baik saja.

"Terima kasih, dan semoga Tuhan akan membalas perbuatan Bapak."

Keduanya berjalan beriringan, meninggalkan pengusaha yang masih nanar menatap kepergian mereka. Matanya terus mengikuti langkah sang anak yang mendorong kursi roda itu, melintasi sisi jalan menuju rumah mereka.

Berbalik arah, pengusaha tadi berjalan sangat perlahan menuju Jaguar miliknya. Dtelusurinya pintu Jaguar barunya yang telah tergores itu oleh lemparan batu tsb, sambil merenungkan kejadian yang baru saja di lewatinya. Kerusakan yang dialaminya bisa jadi bukanlah hal sepele,tapi pengalaman tadi menghentakkan perasaannya. Akhirnya ia memilih untuk tak menghapus goresan itu. Ia memilih untuk membiarkan goresan itu, agar tetap mengingatkannya pada hikmah ini.
Ia menginginkan agar pesan itu tetap nyata terlihat: "Janganlah melaju dalam hidupmu terlalu> cepat, karena, seseorang akan melemparkan batu untuk menarik perhatianmu."

Teman, sama halnya dengan kendaraan, hidup kita akan selalu berputar, dan dipacu untuk tetap berjalan. Di setiap sisinya, hidup itu juga akan melintasi berbagai macam hal dan kenyataan. Namun, adakah kita memacu hidup kita dengan cepat, sehingga tak pernah ada masa buat kita untuk menyelaraskannya untuk melihat sekitar?

Tuhan, akan selalu berbisik dalam jiwa, dan berkata lewat kalbu kita. Kadang, kita memang tak punya waktu untuk mendengar, menyimak, dan menyadari setiap ujaran-Nya. Kita kadang memang terlalu sibuk dengan bermacam urusan, memacu hidup dengan penuh nafsu, hingga terlupa pada banyak hal yang melintas.

Teman, kadang memang, ada yang akan "melemparkan batu" buat kita agar kita mau dan bisa berhenti sejenak. Semuanya terserah pada kita. Mendengar bisikan-bisikan dan kata-kata-Nya, atau menunggu ada yang melemparkan batu-batu itu buat kita.

Cinta & Perkawinan menurut Plato

Satu hari, Plato bertanya pada gurunya, "Apa itu cinta?
Bagaimana saya bisa menemukannya?
Gurunya menjawab, "Ada ladang gandum yang luas di depan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta.
Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.
Gurunya bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satu pun ranting?"
Plato menjawab, "Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik)" Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat kumelanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwasanya ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya"
Gurunya kemudian menjawab " Jadi ya itulah cinta"

Di hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya, "Apa itu perkawinan? Bagaimana saya bisa menemukannya?"
Gurunya pun menjawab "Ada hutan yang subur didepan saja. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan"
Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar/ subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja.
Gurunya bertanya, "Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?"
Plato pun menjawab, "sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya"
Gurunyapun kemudian menjawab, "Dan ya itulah perkawinan"

CATATAN - KECIL : Cinta itu semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih. Ketika pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan... tiada sesuatupun yang didapat, dan tidak dapat dimundurkan kembali.
Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur Terimalah cinta apa adanya. _____________________________________________________________
Perkawinan adalah kelanjutan dari Cinta. Adalah proses mendapatkan kesempatan, ketika kamu mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya, Ketika kesempurnaan ingin kau dapatkan, maka sia2lah waktumu dalam mendapatkan perkawinan itu, karena, sebenarnya kesempurnaan itu hampa adanya.
Happy Valentine, 14 Februari 2008

Permennya lupa dimakan !!!

Alkisah adadua orang anak laki-laki, Bob dan Bib, yang sedang melewati lembah permenlolipop. Di tengah lembah itu terdapat jalan setapak yang beraspal. Di jalanitulah Bob dan Bib berjalan kaki bersama.Uniknya, di kiri-kananjalan lembah itu terdapat banyak permen lolipop yang berwarni-warni dengananeka rasa.Permen-permenyang terlihat seperti berbaris itu seakan menunggu tangan-tangan kecil Bob danBib untuk mengambil dan menikmati kelezatan mereka.
Bob sangatkegirangan melihat banyaknya permen lolipop yang bisa diambil.Maka ia punsibuk mengumpulkan permen-permen tersebut. Ia mempercepat jalannya supaya bisamengambil permen lolipop lainnya yang terlihat sangat banyak didepannya. Bobmengumpulkan sangat banyak permen lollipop yang ia simpan di dalam taskarungnya. Ia sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut tapi sepertinyapermen-permen tersebut tidak pernah habis maka ia memacu langkahnya supaya bisamengambil semua permen yang dilihatnya.Tanpa terasaBob sampai di ujung jalan lembah permen lolipop.
Dia melihat gerbangbertuliskan "Selamat Jalan".Itulah batasakhir lembah permen lolipop. Di ujung jalan, Bob bertemu seorang lelakipenduduk sekitar.
Lelaki itu bertanya kepada Bob, "Bagaimana perjalanankamu di lembah permen lolipop? Apakah permen-permennya lezat? Apakah kamumencoba yang rasa jeruk? Itu rasa yang paling disenangi. Atau kamu lebihmenyukai rasa mangga? Itu juga sangat lezat.
"Bob terdiammendengar pertanyaan lelaki tadi. Ia merasa sangat lelah dan kehilangan tenaga.Ia telah berjalan sangat cepat dan membawa begitu banyak permen lolipop yangterasa berat di dalam tas karungnya.Tapi ada satuhal yang membuatnya merasa terkejut dan ia pun menjawab pertanyaan lelaki itu,"Permennya saya lupa makan!
"Tak berapalama kemudian, Bib sampai di ujung jalan lembah permen lolipop."Hai,Bob! Kamu berjalan cepat sekali. Saya memanggil-manggil kamu tapi kamu sudahsangat jauh di depan saya.""Kenapakamu memanggil saya?" Tanya Bob."Sayaingin mengajak kamu duduk dan makan permen anggur bersama. Rasanya lezatsekali. Juga saya menikmati pemandangan lembah, Indah sekali!"Bib berceritapanjang lebar kepada Bob.
"Lalutadi ada seorang kakek tua yang sangat kelelahan. Saya temani dia berjalan.Saya beri dia beberapa permen yang ada di tas saya. Kami makan bersama dan diabanyak menceritakan hal-hal yang lucu. Kami tertawa bersama."Bib menambahkan.
Mendengar cerita Bib, Bob menyadari betapa banyak hal yang telah ia lewatkan dari lembahpermen lolipop yg sangat indah. Ia terlalu sibuk mengumpulkan permen-permen itu. Tapi pun ia sampai lupa memakannya dan tidak punya waktu untuk menikmatikelezatannya karena ia begitu sibuk memasukkan semua permen itu ke dalam taskarungnya.
Di akhirperjalanannya di lembah permen lolipop, Bob menyadari suatu hal dan ia bergumamkepada dirinya sendiri, "Perjalanan ini bukan tentang berapa banyak permenyang telah saya kumpulkan. Tapi tentang bagaimana saya menikmatinya denganberbagi dan berbahagia."Ia punberkata dalam hati,"Waktu tidak bisa diputar kembali.
" Perjalanan di lembah lolipop sudah berlalu dan Bob pun harus melanjutkan kembali perjalanannya.Dalamkehidupan kita, banyak hal yang ternyata kita lewati begitu saja. Kita lupa untuk berhenti sejenak dan menikmati kebahagiaan hidup. Kita menjadi Bob di lembah permen lolip op yang sibuk mengumpulkan permen tapi lupa untuk menikmatinya dan menjadi bahagia.
Pernahkan Anda bertanya kapan waktunya untuk merasakan bahagia? Jika saya tanyakanpertanyaan tersebut kepada para klien saya, biasanya mereka menjawab,"Saya akan bahagia nanti... nanti pada waktu saya sudah menikah...nanti pada waktu saya memiliki rumah sendiri... nanti pada saat suami saya lebih mencintaisaya... nanti pada saat saya telah meraih semua impian saya... nanti pada saat penghasilan sudah sangat besar... "Pemikiran ¡nanti'itu membuat kita bekerja sangat keras di saat ¡sekarang'.
Semuanya itu supaya kita bisa mencapai apa yang kita konsepkan tentang masa ¡nanti' bahagia.Terkadang jika saya renungkan hal tersebut, ternyata kita telah mengorbankan begitu banyak hal dalam hidup ini untuk masa ¡nanti'bahagia.Ritme kehidupan kita menjadi sangat cepat tapi rasanya tidak pernah sampai di masa¡nanti'bahagia itu.Ritme hidupyang sangat cepat... target-target tinggi yang harus kita capai, yang anehnyakita sendirilah yang membuat semua target itu... tetap semuanya itu tidakpernah terasa memuaskan dan membahagiakan.
Uniknya,pada saatkita memelankan ritme kehidupan kita; pada saat kita duduk menikmati keindahan pohon bonsai di beranda depan, pada saat kita mendengarkan cerita lucu anak-anak kita, pada saat makan malam bersama keluarga, pada saat kita duduk berdiam atau pada saat membagikan beras dalam acara bakti sosial tanggap banjir; terasa hidup menjadi lebih indah.
Jika saja kita mau memelankan ritme hidup kita dengan penuh kesadaran;memelankan ritme makan kita, memelankan ritme jalan kita dan menyadari setiap gerak tubuhkita, berhenti sejenak dan memperhatikan tawa Indah anak-anak bahkan menyadari setiap hembusan nafas maka kita akan menyadari begitu banyak detil kehidupan yang begitu indah dan bisa disyukuri.
Kita akan merasakan ritme yang berbeda dari kehidupan yang ternyata jauh lebih damai dan tenang.Dan padaakhirnya akan membawa kita menjadi lebih bahagia dan bersyukur seperti Bib yang melewati perjalanannyadi lembah permen lolipop.