Visitor No. : Website counter
Custom Search

Pengalaman Temanku

Selasa malam (6 Mei 2008) Setelah hujan lebat mengguyur Jakarta, gerimis masih
turun. Saya pacu motor dengan cepat dari kantor
disekitar Daan Mogot menuju rumah di Cimanggis-Depok.
Kerja penuh seharian membuat saya amat lelah hingga di
sekitar daerah Cijantung mata saya sudah benar-benar
tidak bisa dibuka lagi. Saya kehilangan konsentrasi
dan membuat saya menghentikan motor dan melepas
kepenatan di sebuah shelter bis di seberang Mal
Cijantung. Saya lihat jam sudah menunjukan pukul 10.25
malam. Keadaan jalan sudah lumayan sepi.Saya telpon isteri saya kalau saya mungkin agak
terlambat dan saya katakan alasan saya berhenti
sejenak. Setelah saya selesai menelpon baru saya
menyadari kalau disebelah saya ada seorang ibu muda
memeluk seorang anak lelaki kecil berusia sekitar 2
tahun. Tampak jelas sekali mereka kedinginan. Saya
terus memperhatikannya dan tanpa terasa airmata saya
berlinang dan teringat anak saya (Naufal) yang baru
berusia 14 bulan. Pikiran saya terbawa dan
berandai-andai, "Bagaimana jadinya jika yang berada
disitu adalah isteri dan anak saya?"Tanpa berlama-lama saya dekati mereka dan saya
berusaha menyapanya. " Ibu, mau ibu boleh ambil jaket
saya, mungkin sedikit kotor tapi masih kering. Paling
tidak anak ibu tidak kedinginan" Saya segera membuka
raincoat dan jaket saya, dan langsung saya berikan
jaket saya. Tanpa bicara, ibu tersebut tidak menolak
dan langsung meraih jaket saya.Pada saat itu saya baru sadar bahwa anak lelakinya
benar-benar kedinginan dan giginya bergemeletuk.
"Tunggu sebentar disini bu!" pinta saya. Saya lari ke
tukang jamu yang tidak jauh dari shelter itu dan saya
meminta air putih hangat padanya. Dan Alhamdulillah,
saya justeru mendapatkan teh manis hangat dari tukang
jamu tersebut dan segera saya kembali memberikannya
kepada ibu tersebut."Ini bu,.. kasih ke anak ibu!" selanjutnya mereka
meminumnya berdua. Saya tunggu sejenak sampai mereka
selesai. Saya hanya diam memandangi lalu lalang
kendaraan yang lewat "Bapak, terima kasih banyak, mau
menolong saya" sesaat kemudian ibu tersebut membuka
percakapan.Ah, tidak apa-apa, ngomong-ngomong ibu pulang kemana?
Tanya saya Saya tinggal di daerah Bintaro .. (dia
menghentikan bicaranya), Bapak pulang bekerja ? dia
balas bertanya."Ya" jawab saya singkat."Kenapa sampai larut malam pak, memangnya anak isteri
bapak tidak menunggu?Tanyanya lagi. Saya diam sejenak karena agak terkejut
dengan pertanyaannya."Terus terang bu, sebenarnya selama ini saya merasa
bersalah karena terlalu sering meninggalkan mereka
berdua. Tapi mau bilang apa, masa depan mereka adalah
bagian dari tanggung jawab saya. Saya hanya berharap
semoga Allah terus menjaga mereka ketika saya pergi."Mendengar jawaban saya si ibu terisak, saya jadi serba
salah. "Bu, maafkan saya kalau saya salah omong.Pak kalau boleh saya minta uang seratus ribu, kalau
bapak berkenan? Pintanya dengan sedih dan sopan.
Airmatanya berlinang sambil mengencangkan pelukan ke
anak lelakinya. Karena perasaan bersalah, saya segera
keluarkan uang limapuluh-ribuan 2 lembar dan saya
berikan padanya. Dia berusaha meraih dan ingin mencium
tangan saya, tetapi cepat-cepat saya lepaskan. "ya
sudah, ibu ambil saja tidak usah dipikirkan!" saya
berusaha menjelaskannya."Pak kalau jas hujannya saya pakai bagaimana? Badan
saya juga benar-benar kedinginan dan kasihan anak
saya" kembali ibu tersebut bertanya dan sekarang
membuat saya heran.Saya bingung untuk menjawabnya dan juga ragu
memberikannya. Pikiran saya mulai bertanya-tanya,
Apakah ibu ini berusaha memeras saya dengan apa yang
ditampilkannya di hadapan saya? tapi saya entah
mengapa saya benar-benar harus meng-ikhlas-kannya.
Maka saya berikan raincoat saya dan kali ini saya
hanya tersenyum tidak berkata sepatahpun. Tiba-tiba
anaknya menangis dan semakin lama semakin kencang. Ibu
tersebut sangat berusaha menghiburnya dan saya
benar-benar bingung sekarang harus berbuat apa?Saya keluarkan handphone saya dan saya pinjamkan pada
anak tersebut. Dia sedikit terhibur dengan handphone
tersebut, mungkin karena lampunya yang menyala. Saya
biarkan ibu tersebut menghibur anaknya memainkan
handphone saya. Sementara itu saya berjalan agak
menjauh dari mereka. Badan dan pikiran yang sudah
lelah membuat saya benar-benar kembali tidak dapat
berkonsentrasi. Mungkin sekitar 10 menit saya hanya
diam di shelter tersebut memandangi lalu lalang
kendaraan.Kemudian saya putuskan untuk segera pulang dan
meninggalkan ibu dan anaknya tersebut. Saya ambil helm
dan saya nyalakan motor, saya pamit dan memohon maaf
kalau tidak bisa menemaninya. Saya jelaskan kalau
isteri dan anak saya sudah menunggu dirumah. Ibu itu
tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada saya.Dia meminta no telpon rumah saya dan saya tidak
menjawabnya, saya benar-benar lelah sekali dan saya
berikan saja kartu nama saya. Sesaat kemudian saya
lanjutkan perjalanan saya. Saya hanya diam dan
konsentrasi pada jalan yang saya lalui. Udara
benar-benar terasa dingin apalagi saat itu saya tidak
lagi mengenakan jaket dan raincoat ditambah gerimis
kecil sepanjang jalan.Dan ketika sampai di depan garasi dan saya ingin
menelpon memberitahukan ke isteri saya kalau saya
sudah di depan rumah saya baru sadar kalau handphone
saya tertinggaldan masih berada di tangan anak tadi.
Saya benar-benar kesal dengan kebodohan saya. Sampai
di dalam rumah saya berusaha menghubungi nomor
handphone saya tapi hanya terdengar nada handphone
dimatikan."Gila.Saya benar-benar goblok, tidak lebih dari 30
menit saya kehilangan handphone dan semua didalamnya"
dengan suara tinggi, saya katakan itu kepada isteri
saya dan dia agak tekejut mendengarnya. Selanjutnya
saya ceritakan pengalaman saya kepadanya. Isteri saya
berusaha menghibur saya dan mengajak saya agar
meng-ikhlaskan semuanya. "Mungkin Allah memang
menggariskan jalan seperti ini. Sudahlah sana mandi
dan shalat dulu, kalau perlu tambah shalat shunah-nya
biarBisa lebih ikhlas" dia menjelaskan. Saya segera
melakukannya dan tidur. Keesokan paginya saya terpaksa
berangkat kerja membawa mobil padahal hal ini saya
tidak terlalu saya suka. Saya selalu merasa banyak
waktu terbuang jika bekerja membawa mobil ketimbang
naik motor yang bisa lebih cepat mengatasi kemacetan.
Kalaupun saya bawa motor saya khawatir hujan karena
kebetulan saya tidak ada cadangan jaket dan raincoat
juga sudah saya berikan kepada ibu dan anak tadi
malam.Setelah mengantar isteri yang kerja di salah satu bank
swasta di sekitar depok saya langsung menuju kantor
tetapi pikiran saya terus melanglang buana terhadap
kejadian tadi malam. Saya belum benar-benar
meng-ikhlaskan kejadian tadi malam bahkan sesekali
saya mengumpat dan mencaci ibu dan anak tersebut
didalam hati karena telah menipu saya. Sampai di
kantor, saya kaget melihat sebuah bungkusan besar
diselimuti kertas kado dan pita berada di atas meja
kerja saya. Saya tanya ke Office boy, siapa yang
mengantar barang tersebut. Dia hanya menjawab dengan
tersenyum kalau yang mengantar adalah supirnya ibu
yang tadi malam, katanya bapak kenal dengannya setelah
pertemuan semalam bahkan dia menambahkan kelihatannya
dari orang berada karena mobilnya mercy yang bagus."Bapak selingkuh ya, pagi-pagi sudah dapat hadiah dari
perempuan ? tanyanya sedikit bercanda kepada saya.
Saya hanya tersenyum dan saya menanyakan apakah dia
ingat plat nomor mobil orang tersebut, office boy
tersebut hanya menggelengkan kepala.Segera saya buka kotak tersebut dan "Ya Allah, semua
milik saya kembali. Jaket, raincoat, handphone, kartu
nama dan uangnya. Yang membuat saya terkejut adalah
uang yang dikembalikan sebesar 2 juta rupiah jauh
melebihi uang yang saya berikan kepadanya.Dan juga selembar kertas yang tertulis ; " Pak, terima
kasih banyak atas pertolongannya tadi malam. Ini saya
kembalikan semua yang saya pinjam dan maafkan jika
saya tidak sopan. Kemarin saya sudah tidak tahan dan
mencoba lari dari rumah setelah saya bertengkar hebat
dengan suami saya karena beliau sering terlambat
pulang ke rumah dengan alasan pekerjaan. Bodohnya,
dompet saya hilang setelah saya berjalan-jalan dengan
anak saya di Mall Cijantung. Sebenarnya saya semalam
ingin melanjutkan perjalanan ke rumah kakak saya di
depok, tetapi saya jadi bingung karena tidak ada lagi
uang untuk ongkos makanya saya hanya berdiam di hate
bis itu. Setelah saya bertemu dan melihat bapak tadi
malam, saya baru menyadari bahwa apa yang suami saya
lakukan adalah demi cinta dan masa depan isteri dan
anaknya juga. Salam dari suami saya untuk bapak. Salam
juga dari kami sekeluarga untuk anak-isteri bapak di
rumah. Suami saya berharap, biarlah bapak tidak
mengetahui identitas kami dan biarlah menjadi
pelajaran kami berdua . Oh ya, maaf handphone bapak
terbawa dan saya juga lupa mengembalikannya tadi malam
karena saya sedang larut dalam kesedihan. Terima
kasih"Segera saya telpon isteri saya dan saya ceritakan
semua yang ada dihadapan saya. Isteri saya merasa
bersyukur dan meminta agar semua uangnya diserahkan
saja ke mesjid terdekat sebagai amal ibadah keluarga
tersebut.

Tidak ada komentar: